Jumat, 03 Juli 2009

Makalah Tentang Kemiskinan

Lagi-lagi, tugas ekonomi! ohohohohoooo...... SMA saya yang emang paling favorit di kota terpencil bernamakan "Sumbawa Besar" ini memang paling hoby ngasih tugas. dan berhubung saya adalah anak paling pintar, (hahahaaa..... ngibul, nih!) saya dapet job dari temen-temen buat ngerjain nih tugas-tugas. pastinyaaa.... saya tetep dapet royalti, dong! makanya, seminggu, saya bisa ngasilin duit sekitar seratus ribu! itu semua, adalah hasil dari memeras mereka-mereka yang minta tolong pada saya. hahahaaaaaa! untung saja, temen-temen saya tuh anak-anak tajir semua (keuali saya) makanya kocek goceng itu hanyalah berharga untuk tiga lembar halaman yang saya kerjakan. alasan mereka simple, katanya saya ini pinter ngarang, mule dari yang resmi, sampe yang nggak sopan! hahahaaa.... jadi, mereka aman-aman aja kalo nyerahin tugas k saya, karna dijamin beres dalem semalem, dan pastinya isinya bener-bener sesuai harapan (pujian untuk diri sendiri. heheee....). nah, daripada banyak basa-basi yang entar malah jadi bassiy, saya mau bagi-bagi penghasilan lewat karya tulis yang sebenernya katrok ini. heitz! nggak usah banyak komen! kalo kata guru-guru, terutama guru ekonomi saya tercinta Pak Yani yang hobinya ngejailin saya, katanya sih bagus... eheheee.... mungkin karna saya udah deket banget sama guru itu, dan kenyataannya saya malah mengkhianati dia dengan memasuki program studi IPA. heheee.... padahal, waktu kelas X, saya udah dipercaya buat ngikut olimpiade akuntasi meskipun akhirnya saya gagal juga gara-gara minimnya pengetahuan tentang itu... heheee......

marrriiii silahkan dibacaaaaaa!!





KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya makalah ini, sehingga dapat selesai sesuai dengan jadwal waktu yang diharapkan.
Kami sadar bahwa bekal Pengetahuan tentang masyarakat masih amat minim, namun sebagai langkah awal mudah-mudahan penelitian ini dapat berguna.
Kami menyadari, Makalah ini masih banyak kekurangan baik isi, maupun tekhnik penulisan. Oleh sebab itu, kritik, saran dan pendapat dari pembaca sangat kami harapkan.
Akhirnya mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi model pembelajaran dan semakin memacu aspirasi belajar siswa mengenai masyarakat kurang mampu ( miskin ).

Sumbawa Besar, 30 Januari 2007











BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sebagai konsumen, tidak akan pernah luput dari kegiatan Ekonomi. Dan dari kegiatan tersebut, kitapun tak akan pernah lepas dari inflasi dan kemiskinan yang timbul akibat mahalnya harga kebutuhan pokok.
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup masyarakat, perubahan nilai aset dan kewajiban serta nilai kontrak/transaksi bisnis.
Inflasi yang merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di pasar riil juga terkait erat dengan perubahan tingkat suku bunga, produktivitas ekonomi, nilai tukar rupiah dengan valuta asing, indeksasi anggaran dan parameter ekonomi makro lain. Oleh karena itu, masyarakat, pelaku bisnis, kalangan perbankan, anggota parlemen, dan pemerintah sangat berkepentingan terhadap perkembangan inflasi.
Kemiskinan, disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya saja pertambahan penduduk yang membuat masyarakat saling berlomba memperebutkan suatu pekerjaan, mahalnya biaya lauk-pauk, minimnya lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Kemiskinan pun ditentukan dari diri sendiri, bagaimana menyikapi hal tersebut agar semua usaha yang kita lakukan tidak sia-sia sehingga memperoleh keberhasilan dengan langkah mudah.
Oleh karena itu, kami akan menjelaskan metode perhitungan angka kemiskinan, tolak ukur kemiskinan, metode perhitungan inflasi secara jelas dalam bab berikutnya.

b. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah metode perhitungan angka kemiskinan?
b. Bagaimanakah tolak ukur kemiskinan?
c. Bagaimanakah metode perhitungan inflasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui metode perhitungan angka kemiskinan!
b. Untuk mengetahui tolak ukur kemiskinan!
c. Untuk mengetahui metode perhitungan inflasi!



























BAB II
PEMBAHASAN


a. Metode Perhitungan Angka Kemiskinan

- Metode
 Metode yang dipergunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari 2 komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), sebagai berikut: GK = GKM + GKNM
Perhitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 KKalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1.978. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). Ke 52 jenis komoditi ini merupakan komoditi-komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh orang miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70% dari total pengeluaran orang miskin.
 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

- Teknik Perhitungan Garis Kemiskinan
 Tahap pertama adalah menentukan penduduk referensi yaitu 20 persen penduduk yang berada di atas Garis Kemiskinan, yaitu Garis Kemiskinan periode lalu yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2.100 KKalori per kapita per hari. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Selanjutnya GKM tersebut disetarakan dengan 2.100 KKalori dengan mengalihkan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori.
 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi/sub kelompok non makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKD), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas modul konsumsi.
 Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Non Makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Dilihat darimanakah angka kemiskinan itu?

Angka kemiskinan dilihat dari survey, berawal tahun 2004, yaitu instusi Presiden No.12 tahun 2005, tentang pelaksanaan bantuan langsung tunai kepada rumah tangga produksi yaitu dilakukan dengan cara mensurvey. Misalnya, Pak RT mensurvey nama orang yang hidup dengan kategori kurang mampu atau miskin. Setelah itu, Provinsi akan mengeluarkan dana BLT (Bantuan Langsung Tunai).

b. Tolak ukur kemiskinan

Adapun tolak ukur kemiskinan dapat diketahui melalui ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah RI. Masyarakat atau suatu keluarga di kategorikan ke golongan apabila memenui 9 ketentuan tersebut.
Adapun 14 ketentuan tersebut, yaitu:

No. Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin
1 Luas lantai bangunan tempat tinggal. Kurang dari 8m² per orang
2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal. Tanah/bambu/kayu murahan
3 Jenis dinding tempat tinggal. Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester
4 Fasilitas tempat buang air besar. Tidak punya/bersama-sama
5 Sumber penerangan utama. Bukan listrik
6 Sumber air minum. Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan
7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari. Kayu bakar/arang/minyak tanah
8 Konsumsi daging/susu/ayam per minggu. Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam satu minggu.
9 Pembelian pakaian baru untuk setiap art dalam setahun. Tidak pernah membeli/hanya membeli 1 stel dalam setahun
10 Makan sehari-hari untuk setiap krt Hanya satu kali makan. Dua kali makan sehari
11 Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/Poliknik. Tidak mampu membayar untuk berobat
12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumahtangga Petani dengan luas lahan 0,5/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan/pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.150.000,00 per bulan
13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD
14 Pemilikan aset dari tabungan Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya).
Catatan:
Rumahtangga yang tidak layak mendapat SLT adalah:
a). Rumahtangga yang tidak masuk kriteria miskin,
b). PNS/TNI/Polri/Pensiunan PNS, TNI, Polri,
c). Pengungsi yang diurus oleh pemerintah,
d). Penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap.

c. Metode Perhitungan Inflasi

Metode Perhitungan Inflasi yaitu dengan cara mensurvey harga, baik harga mingguan, dua mingguan, dan bulanan. Misalnya berapa harga daging, gula, sayur, beras. Selain pasar BPS juga mensurvey barang pada took. Survey ini untuk sample, yaitu sebagai contoh harga seperti halnya nasi, untuk mengetahui masak tidaknya kita harus mencicipi sedikit. Sedangkan inflasi itu sendiri dilakukan dengan mensurvey barang misalnya harga tomat pada minggu pertama Rp. 2.500,00/kg, kemudian minggu kedua naik menjadi Rp. 4.000,00/kg, atau yang lainnya misalnya pada harga minyak ataupun gula yang asalnya Rp. 6.000,00 menjadi Rp. 8.000,00/kg ini akan diberikan kepada Provinsi dan pusat, baik melalui via fax/e-mail. Kemudian provinsi dan pusat akan mengolah atau melakukan perhitungan. Dan BPS inflasi ini hanya dapat dihitung di kota, yaitu Mataram dan Bima karena di Mataram atau Bima terdapat angka kota dan angka pusat.
Secara metodologi, inflasi diketahui dari Hasil Survei Biaya Hidup (SBH) yang diadakan antara 5-10 tahun sekali, dan kini SBH 2007 sedang berlangsung. Sekitar 100.000 rumahtangga di Indonesia ditanya mengenai tingkat pengeluaran serta jenis dan nilai barang/jasa apa saja yang dikonsumsikan selama setahun penuh.
Secara nasional, paket komoditas yang diperoleh dari hasil SBH 2002 sebanyak 744 barang dan jasa. Paket komoditas untuk 45 kota berkisar antara 283-397 jenis barang dan jasa. Selain dari paket komoditas, hasil SBH lainnya yang digunakan untuk menghitung inflasi adalah Diagram Timbang (Weighting Diagram).





Rumus IHK (modifikasi Laspeyres)
k P ni P (n-1)i Q oi
Σ ——
i = 1 P (n-1)i
In = —————————————————— x 100
k
Σ P oi Q oi
Keterangan:
In = Indeks Periode ke-4
Pni = Harga jenis brg i, periode ke-4
P(n-1)i = Harga jenis brg i, periode ke-(n-1)
P(n-1)i Qo1 = Nilai Konsumsi jenis barang i, periode ke-(n-1)
PoiQoi = Nilai Konsumsi barang i pada tahun dasar.
P = Jumlah jenis barang paket komoditas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar